Minggu, Oktober 06, 2013

(Belajar) Berenang di Kolam Jurnalisme



EMPAT Oktober sekitar lima belasaan orang berkumpul di ruang berukuran 4x4 meter. Sejuk, seperti masuk di belantara hutan tropis saat di luar udara membawa hawa gurun. Tampaknya sebelum pukul 2 siang mereka sudah hadir. Agak risih juga rasanya terlambat hampir 15 menit. Saya menghibur diri dengan mengatakan pada diri sendiri: “Di mana-mana, inspektur upacara itu datang belakangan”. He3.. ini bukan stand up comedy. Tapi beberapa trik dari monolog seperti itu boleh dipakai saat kepepet dan ingin berdamai dengan rasa bersalah. Berbeda dengan kampus tempat saya biasa mendongeng, ini kelas khusus. Pesertanya dari beberapa latar belakang ilmu yang berbeda. Ada yang sudah sarjana, ada pula yang masih kuliah. Tapi tujuan mereka sama: ingin belajar berenang di kolam jurnalisme.

Mengapa berenang? Nanti saya kisahkan. Intinya, untuk dongeng kali ini saya mesti cari cara agar dapat terasa menarik. Maklumlah, dari judulnya saja, sudah terkesan kalau materi dongeng ini akan membosankan: Manajemen Media Massa. Sementara ekspektasi kelas jurnalisme adalah cara menjadi reporter, bukan manajer. Eh tapi saya yakin, kalau mereka ditawai jadi manajer pasti tidak nolak. Hehehe... Di kampus tema ini jadi satu matakuliah yang diajarkan dalam 16 kali pertemuan. Untuk memangkasnya menjadi paparan yang berarti, dalam konteks menjadi jurnalis pemula, ada dua hal yang menjadi inti. Pertama, cara beradaptasi dengan media tempat mereka nanti bekerja. Kedua, memperkenalkan hal-hal apa saja di luar manajemen media yang mungkin mengganggu daya adaptasi mereka.

Oh ya, belajar menjadi jurnalis itu seperti belajar berenang. Dibutuhkan sedikit teori di tepi kolam, sebelum sebagian waktu dan pengetahuan dan keahlian penting justru akan didapatkan saat menceburkan diri dalam kolam. Teknik menulis dan meliput hanya akan jadi catatan sampah jika tidak pernah dipraktikkan. Nah, untuk itu dibutuhkan #1 kedisiplinan. Saat masuk dalam lingkar redaksi, jurnalis pemula kadang tidak sadari kalau mereka sedang masuk ke sebuah manajemen kerja yang dijalankan dengan sistem semimiliter. Kepatuhan pada perintah Redaktur, Koordinator Liputan, atau Pimpinan Redaksi menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Menjalankan kerja itu dengan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan menjadi sebuah keharuskan karena berita dalam bisnis kepercayaan, karena itu mereka harus  #2 terpercaya. Pada kali pertama mungkin publik masih dapat dikibuli, tapi tidak untuk kali berikutnya.

Jangan lupa, berita adalah bisnis #3 kreatif. Hanya yang selalu menemukan dan melakukan inovasi kreatiflah yang dapat bertahan dalam bisnis ini. (Saya sudah pernah menulis tentang tiga tips sederhana untuk menjadi kreatif, silahkan dicek ke link ini. Klik!) Tiga hal tadi belum cukup. Untuk dapat beradaptasi dengan manajemen media, jurnalis pemula harus #4 tahan banting. Sering salah itu sudah biasa, namanya juga pemula. Jadi persiapkan mental untuk seteguk kopi pahit setiap jelang deadline atau saat berita diperiksa oleh redaktur. Tapi jangan pernah menyerah karena selalu hanya ada dua kemungkinan: menang atau belajar. Tidak ada kata “kalah”. Pelaut yang tangguh tidak lahir dari lautan yang teduh, bukan?!

Persiapkan diri untuk kemungkinan lain. Tak ada yang bisa hidup sendiri dalam media. Mereka berinteraksi dengan pihak lain, internal maupun eksternal. Kemauan pemilik modal bisa jadi pada saat-saat tertentu akan mempengaruhi kerja jurnalis. Senior apalagi pemula. Demikian juga keinginan pengiklan (baca: pihak di luar pemilik yang memberikan sejumlah dana untuk kelangsungan hidup media). Kebijakan pemerintah, secara tidak langsung dapat pula berimbas pada cara jurnalis bekerja, misalnya terkait kebijakan tenaga kerja. Jangan lupa, mereka yang dilayani oleh media: konsumen. Meski lebih sering terdengar media yang menentukan apa yang dikonsumsi khalayak, tetapi tidak jarang justru media terjebak pada keinginan untuk memuaskan selera rendah konsumen (contohnya infotainment).

Bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, dengan tahu hal yang harus dilakukan, jurnalis pemula akan lebih siap saat ingin beradaptasi dengan sistem kerja media. Demikikan pula saat sudah di dalam nanti, mereka tidak terkejut jika dihadapkan pada keadaan dimana atmosfir kerja mereka dipengaruhi oleh hal-hal yang berada justru di luar media. So, welcome to the pool, Guys! ***


Tidak ada komentar: