Jumat, April 29, 2011

Sekali Berarti, Sudah Itu Mati



CHAIRIL Anwar wafat 28 April 1949 di Jakarta. Dia lahir di Medan 26 Juli 1922. Selain puisi kebangsaannya, Chairil Anwar juga menulis beberapa puisi cinta. Puisi "Sajak Putih" dia tujukan kepada tunangannya: Mirat. Setahu saya, Chairil Anwar tidak menikah sampai wafatnya. Puisi "Hampa" ia tujukan buat Sri yang selalu sangsi. Pada puisi Chairil Anwar berjudul "Senja di Pelabuhan Kecil", nama Sri yg diamaksud adalah Sri Ajati. Entah siapa dia. Saya menduga, puisi "Cintaku Jauh di Pulau" gambarkan suasana hati Chairil Anwar yang sunyi: "..terasa aku tdk kan sampai padanya.."

Mungkin saya terlalu polos maknai puisi-puisi Chairil Anwar. Termasuk yg berjudul "Mulutmu Mencubit di Mulutku". Masih jelas dalam ingatan saya sebuah kalimat yg ditulis tangan oleh Chairil Anwar: "Sekali Berarti, Sudah Itu Mati". Ini satu puisi Chairil Anwar. Tidak setenar "Aku" atau mungkin "Persetujuan dgn Bung Karno". Tapi rasanya cukup renyah untuk dicerna.

PEMBERIAN TAHU

Bukan maksudku mau berbagi nasib,
nasib adalah kesunyian masing-masing.
Kupilih kau dari yang banyak, tapi
sebentar kita sudah dalam sepi lagi terjaring.
Aku pernah ingin benar padamu,
Di malam raya, menjadi kanak-kanak kembali,

Kita berpeluk cium tidak jemu,
Rasa tak sanggup kau kulepaskan.
Jangan satukan hidupmu dengan hidupku,
Aku memang tida bisa lama bersama
Ini juga kutulis di kapal, di laut tak bernama!


1946