Selasa, Desember 17, 2013

Mandela dan Winnie: Seikat Kisah Cinta



Sayangku Winnie,
Foto indahmu masih berdiri sekitar dua meter di atas bahu kiriku ketika aku menulis catatan ini. Setiap pagi, aku membersihkannya dari debu dengan hati-hati. Kegiatanku ini memberiku perasaan yang menyenangkan seakan-akan aku membelaimu di hari tua. Aku bahkan menyentuh hidungmu, sesuatu yang selalu membuatku bergetar seperti ada aliran listrik yang mengaliri darahku setiap kali aku melakukannya. Nolitha berdiri di atas meja tepat di sebelahku. Bagaimana mungkin semangatku akan jatuh ketika aku mendapatkan perhatian dan cinta dari wanita yang indah seperti kalian?


Surat tadi ditulis Nelson Mandela saat masih berada dalam penjara. Bertanggal 15 April 1976. Winnie adalah istri kedua Mandela setelah perceraiannya dengan istri pertama, Evelyn. Mereka menikah pada 1958.  Winnie begitu istimewa di hati Nelson Mandela. Mengingat ikatan cinta mereka yang begitu kuat khususnya saat Mandela dalam penjara selama hampir 30 tahun, awalnya saya meyakini Winnie yang akan terus menemani sebagai istri hingga akhir hayat Mandela (5 Desember 2013). Ternyata tidak. Takdir berkata lain. Hubungan mereka justru retak, beberapa tahun setelah Mandela keluar dari penjara.

Menurut teori, cinta tumbuh dari kesamaan. Harusnya hubungan Winnie dan Nelson Mandela langgeng karena sedikitnya ada dua kemiripan Winnie dan Mandela. Pertama, Winnie menyukai kerja sosial. Gemar menghadiri pertemuan-pertemuan sosial. Dalam sebuah biografi singkat Nelson Mandela, Ahmad Sobirin (2013) menulis, ketika menjadi wakil menteri Seni dan Budaya, Winnie rendah hati dengan para bawahannya. Jika memasuki kantornya di Pretoria, orang pertama yang menemuinya adalah wanita-wanita yang bekerja sebagai cleaning service di lantai bawah gedung kantornya. Menyapa dan memeluk mereka.

Mungkin karena terbiasa dengan kerja sosial seperti itu, Winnie dan Mandela juga mempunyai kesaman dalam daya adaptasi. Di satu saat mereka bisa tampil begitu modis. Keduanya adalah pecinta pakaian indah. Namun dalam kesempatan lain, mereka mampu berjalan kaki, bahkan tanpa perhiasan, kemewahan, atau alas kaki. Daya adaptasi Winnie juga teruji saat ia menjadi bulan-bulanan teror rezim apartheid ketika Mandela berada di penjara. Polisi membuntuti, berpatroli di sekeliling rumah, bahkan tidak jarang mengganggunya. Mengalami perlakuan seperti itu selama hampir 30 tahun bukanlah hal yang mudah. Ditambah lagi Winni dan anak-anaknya tinggal di rumah mertua (ibu Mandela). Kesulitan ini dapat dirasakan Mandela.

Sayangku Winnie,
Putri kita dibesarkan dalam hari-hari yang penuh kesulitan. Kita tidak bisa memenuhi keinginan kita, seperti yang telah direncanakan, untuk memiliki bayi laki-laki. Aku berharap dapat membangun rumah untuk tempat berlindung keluarga kita, tidak peduli seberapa kecil, sehingga kita akan memiliki tempat untuk beristirahat dan mencari rezeki sebelum datangnya kemuraman dan hari-hari yang kering. Aku jatuh dan tidak bisa melakukan hal-hal ini. Aku seperti istana yang dibangun di udara.


Petikan surat Nelson Mandela bertanggal 26 Juni 1977 tadi menyiratkan harapan sekaligus ketidakberdayaannya menghadapi kenyataan. Karena masih berada dalam penjara, mungkin kita dapat memahaminya. Namun tatkala Mandela keluar dari penjara, adalah sangat wajar jika sebagai istri, Winnie mengharapkan Mandela untuk berperan sebagai suami dan ayah. Sayangnya hal tersebut tidak dapat terpenuhi. Mandela bukan milik mereka lagi. Ia sudah menjadi milik Afrika Selatan. Entah ini sebuah penyesalan atau bukan, coba simak apa yang disampaikan Mandela pada kesempatan berpidato di acara pernikahan putrinya, Zindzi:

Kami menyaksikan anak-anak kami tumbuh tanpa bimbingan kami. Ketika keluar dari penjara, anak kami berkata: “Kami berpikir kami memiliki seorang ayah dan suatu hari dia akan kembali. Tetapi kami kecewa, ayah kami kembali dan ia meninggalkan kami sendirian karena ia sekarang telah menjadi bapak bangsa.” Menjadi Bapak Bangsa adalah suatu kehormatan besar, tetapi menjadi bapak dari sebuah keluarga adalah sukacita yang lebih besar.

Dalam sebuah konfrensi pers, 13 April 1992 Mandela mengumumkan perpisahannya dengan Winnie.***


Tidak ada komentar: