Rabu, November 07, 2012

Spinoza (1632 – 1677): Tuhan adalah Alam



NAMA Spinoza pertama kali saya kenal dari catatan lepas filsuf Pakistan: Muhammad Iqbal. Menurut saya, dia menjadi 'penting' karena cara pandangnya yang bertentangan dengan aliran filsafat yang awam di masanya. Saya juga tertarik pada pemikiran Spinoza karena memiliki kemiripan dengan tradisi sufisme Islam. Mirip yaa, bukan sama. Posting ingin berbagi tentang siapa itu Spinoza dan apa saja yang menjadi pokok pikirannya.

Lahir dengan nama Baruch de Spinoza di Amsterdam, Belanda tahun 1632. Ia berasal dari keluarga Yahudi yang melarikan diri dari Portugal di mana kala itu orang Yahudi dipaksa untuk menjadi pemeluk Katolik. Spinoza belajar teologi Yahudi, bahasa-bahasa klasik, dan filsafat. Dia sangat tertarik pada filsafat Descartes. Spinoza dikeluarkan dari sinagoge di Amsterdam karena pikirannya yang dianggap tidak ortodoks dan bertolak belakang dengan pemikiran teologi Yahudi pada umumnya. Seumur hidupnya, sedikitnya Spinoza telah menulis tiga buku. Berkut ini beberapa pokok pikirannya yang mungkin karena itu hingga dia dikucilkan dari komunitas Yahudi.

Rasionalisme dan Mistik. Filsafat Spinoza merupakan ramuan antara rasionalisme dan mistik. Bentuk beberapa tulisan Spinoza memperlihatkan pengaruh Descartes, tetapi di samping itu, tampak juga pengaruh Plotinos, Bruno, dan pemipikir-pemikir Arab dan Yahudi. Dari tulisan-tulisan tersebut banyak pemikir yang menyebut Spinoza sebagai pemikir Eropa pertama, sesudah zaman klasik, yang bukan penganut Kristen yang menganjurkan liberalisme religius modern. Ide liberalnya yang paling terkenal adalah konsep panteisme. Ia berbicara terus-menerus tentang hubungan antara Tuhan dan manusia. Dalam hubungan ini, manusia dan seluruh alam raya sama sekali lebur dalam Tuhan.

Tuhan = Alam = Satu Substansi. Menurut Spinoza, seluruh kenyataan merupakan kesatuan, dan kesatuan ini ---sebagai satu-satunya substansi--- sama dengan Tuhan atau alam (bandingkan dengan pendapat Ibnu Arabi yang membedakan pengejawantahan dan esensi Tuhan). Menurut Spinoza,  segala sesuatu 'termuat' dalam Tuhan-Alam sebagai “tanda-tanda pada sehelai kertas”. Tuhan itu sama dengan aturan alam raya. Kehendak Tuhan itu adalah kehendak alam, maka hukum-hukum alam itu kehendak Tuhan. Pandangan ini yang memukau orang seperti Einstein. Panteisme Spinoza membuatnya begitu percaya pada takdir. Saya merasa dia juga seorang fatalisme. Apalagi setelah membaca pernyataanya yang mengatakan cinta kepada Tuhan itu adalah cinta kepada nasib (Amor Dei = amor fati).

Etika, Kebahagiaan dan Pengetahuan. Menurut Spinoza, tujuan etika adalah untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu, bagi Spinoza, sama dengan kebebasan. Bukan kebebasan untuk memilih, tetapi kebebasan dalam arti membebaskan diri dari emosi, tepatnya kemerdekaan emosi. Dan kemerdekaan emosi ini dapat diraih melalui pengetahuan. Mengetahui perbedaan antara apa yang menjadi “keperluan” dan yang bukan.

Secara sederhana, Spinoza membagi pengetahuan ke dalam tiga kategori. Pertama, pengetahuan inderawi yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindera. Kedua, pengetahuan akal budi, yang merupakan hasil olah kognitif dan afektif. Ketiga, pengetahuan intuitif yaitu pengetahuan yang muncul begitu saja tanpa melawati proses inderawi apalagi akal budi. Bagi Spinoza, inilah pengetahuan yang paling sempurna. Orang yang mencapai bentuk pengetahuan ini melihat segala sesuatu dalam perspektif keabadian. Dalam Islam ini yang dikenal sebagai ilmu Hikmah.

Kebebasan Politik dan Berpendapat. Dalam buku Tractus Theologico-politicus Spinoza menyebut bahwa dalam bidang tindakan, seluruh kekuasaan itu hanya untuk pemerintah. Tetapi dalam bidang berpikir dan berbicara, semua anggota masyarakat memiliki kebebasan penuh. Setiap orang bebas untuk memberikan opini tentang politik dan agama. Tetapi dalam konteks ini, mereka tidak boleh bertindak melawan politik pemerintah agar ketenangan tidak terganggu. Ketenangan ini penting bagi Spinoza karena merupakan prasayarat bagi kebebasan semua anggota masyarakat. Ide Spinoza ini dianggap sangat liberal di masanya, nanti seabad kemudian barulah Tractus diterima secara positif.

Oleh Bertrand Russell, Spinoza dianggap sebagai pemikir abad ke-17 dan ke-18 yang paling modern. Ia ikut mempengaruhi para pemikir seperti Schelling, Lessing, Goethe, dan Hegel. Dalam dunia Barat, filsafat Spinoza dianggap sebagai panteisme mistik-rasional.***

Tidak ada komentar: