Kamis, Mei 23, 2013

Crazy, Stupid, Love (2011)




BAYANGKAN diri Anda seorang suami, seorang ayah yang harus menghadapi kenyataan gila seperti ini. Istri berselingkuh dengan teman sekantornya. Anak perempuan Anda yang telah dewasa jatuh cinta pada lelaki yang gemar gonta-ganti pasangan dan menjadikan perempuan hanya sebagai obyek seksual. Anak lelaki Anda yang masih berusia 13 tahun jatuh cinta pada perempuan yang lebih tua dan menjadi pengasuh adiknya yang masih kecil. Ditambah lagi kenyataan bahwa pengasuh anak Anda yang usianya masih 17 tahun tersebut justru jatuh cinta pada Anda?!

Film “Crazy, Stupid, Love” (CSL) ini dimulai dengan adegan yang sangat standar. Pertengkaran suami istri. Sang suami Cal Weaver (diperankan Steve Carell) marah sekaligus kecewa saat tahu istrinya Emily Weaver (Julianne Moore) tidur dengan lelaki bernama David Lindhagen. Cal lalu memutuskan untuk meninggalkan anak-anak dan istrinya untuk kemudian tinggal di sebuah aparteman. Ia berencana untuk bercerai. Malam demi malam dihabiskannya di sebuah pub. Meracau sendiri. Tak seorang pun yang menghiraukannya, sampai akhirnya seorang lelaki bernama Jacob Palmer (diperankan Ryan Gosling) memanggilnya. Inilah awal mula kehidupannya berubah.

Jacob kemudian menjadi mentornya. Mengubah cara hidupnya. Penampilannya. Hingga mengajarinya sejumlah tips dan trik untuk menggoda para wanita. Tujuannya hanya satu: mengembalikan rasa percaya diri Cal sebagai seorang lelaki. Sebagai mentor, kerja Jacob berhasil. Tetapi Cal tetap saja rindu pada istrinya. Rindu pada anak-anaknya. Rindu pada rumah dan halamannya yang hijau ditumbuhi bunga dan rerumputan yang apik. Tidak jarang saat malam, ia menyelinap datang hanya untuk memotong rumput, menyiram dan memangkas bunga-bunga di taman agar tetap terlihat indah. Sampai akhirnya muncul keberanian untuk memaafkan istrinya dan kembali pada keluarganya.

Tetapi untuk kembali tidaklah semudah yang dibayangkan. Keadaan menjadi bagitu kacau dan tidak dapat dikendalikan. Istri Cal pada akhirnya tahu kalau saat berpisah dan tinggal di apartemen, suaminya ternyata pernah tidur dengan perempuan-perempuan lain. Satu dari perempuan itu  adalah guru anak lelaki mereka Robbie (diperankan Jonah Bobo) di SMP. Jacob sang mentor tempatnya meminta saran justru hilang entah kemana. Tidak dapat dihubungi. Belakangan Cal baru tahu kalau selama 'menghilang', Jacob dekat dengan anak perempuannya. Sementara pengasuh anaknya semakin menggila dengan nekat membuat foto-foto setengah bugil untuk menggodanya.

Crazy, Stupid, Love (CSL) adalah salah satu film drama romantis yang menghibur yang pernah saya tonton. Sutradara Glenn Ficarra dan John Requa serta penulis cerita Dan Fogelman (saya pikir termasuk editor film CSL) berhasil menyusun rangkaian kisah yang sulit ditebak. Tetap mengandung unsur drama, konfilik, tetapi tidak hambar karena dibumbui adegan lucu di sana-sini. Semunya begitu realistis. Tidak ada jalinan yang terkesan dibuat-buat. CSL ingin menggugah kembali cara pandang kita tentang hidup, cinta, dan pernikahan. Bisa saja puber kedua justru dialami oleh perempuan. Bisa saja seorang playboy sadar dan menjadi lelaki yang baik-baik. Secara tersirat CSL meminta kita untuk mengejar dan mempertahankan apa yang kita yakini sebagai belahan jiwa kita.

Tibalah saat di mana Robbie anak lelaki Cal yang berusia 13 tahun itu menamatkan sekolahnya di SMP. Dia dipersilahkan untuk berpidato mewakili siswa yang lulus. Bukannya memberi kesan dan pesan, Robbie malah berbicara tentang cinta. Cinta yang tulus itu omong kosong, katanya. Guru dan orang tua siswa yang hadir di acara itu serentak membelalak. Ibunya yang juga hadir hanya bisa tertunduk malu. Kita yang mengikuti cerita dari awal dapat memahami mengapa ia meluapkan frustasinya. Orangtuanya berpisah. Cintanya pada perempuan yang lebih tua pun ditolak. Namun tanpa diduduga, Cal tiba-tiba muncul ke depan dan meraih microphone.

“Maafkan anakku,” katanya. Dia pun bercerita tentang cinta tetapi dalam  versi yang berbeda. Cal mengisahkan cerita cinta kanak-kanaknya bersama Emily. Istrinya saat ini. Ibu dari tiga anaknya.  Rasa sayang di antara mereka pertama kali tumbuh hanya dari sebuah hal sederhana: bertukar es krim di sebuah toko. Seolah ingin menegaskan bahwa cinta yang tulus itu bukan omong kosong. Ia ada. Di depan hadirin, Cal akhirnya berkata, “Emily, aku mencintaimu. Aku tetap menyayangimu bahkan di saat aku begitu membencimu”.***

Tidak ada komentar: