Senin, Mei 20, 2013

Cinta adalah …



APA perbedaan cinta dan sayang? Itu pertanyaan yang muncul di kepala saya saat tidak sengaja ngobrol via sms dengan seorang teman. Bagaimana cinta bekerja? Betulkan ia muncul dari mata turun ke hati seperti pepatah jaman kakek saya dulu? Bagaimana membedakan perasaan yang kadang kita sendiri tidak dapat mendefinisikannya: apakah itu sayang atau cinta? Tanpa sengaja saya membuka kembali catatan timeline di twitter @aswan. Ternyata saya pernah menulis bahwa cinta itu sebenarnya kerja otak. Materi twit itu saya dapatkan dari sebuah hasil penelitian di suratkabar.

Cinta itu kerja otak, bukan hati (baca: perasaan) karena saat jatuh cinta, otak berproses dengan melibatkan sejumlah hormon, neurotransmitter dan bagian-bagian otak yang berbeda. Ketika mucul rasa ketertarikan antara dua orang yang saling mencintai, otak memproduksi hormon oksitosin. Jika hormon ini berkurang dalam diri dua orang yang awalnya saling mencintai, maka rasa senang yang mereka rasakan dalam ikatan cinta itu akan ikut berkurang. Mungkin sudah saatnya apotek menyediakan hormon ini. Jadi jika ada pasangan yang merasakan pernikahan mereka hambar, tinggal mengkonsumsi oksitosin. Is that simple, huh?!

Apakah memang cinta sesederhana itu? Apa bedanya dengan sayang? Menurut versi saya, sayang adalah cinta yang tak bersyarat. Sedangkan cinta adalah sayang yang bersyarat. Mengapa? Karena cinta menuntut balasan setimpal. Cinta itu antara lain mewajibkan mereka yang terikat padanya untuk saling peduli, saling setia, saling rela berkorban, dan seterusnya (silahkan tambah sendiri). Sedangkan sayang, tidak mewajibkan balasan itu: ada atau tidak, sama saja. Pernah dengar ratapan curhat colongan orang yang hanya mencintai tetapi tidak dicintai atau bahkan mendapat perlakuan sebaliknya. Hiks! Begitulah cinta, selalu menuntut untuk dipenuhi hak-haknya.

Waktu kuliah dulu, saya pernah mengingat kalau dalam filsafat, cinta itu dibagi dalam tiga kategori: amor, philia, agape. Ketiga kata ini diambil dari bahasa Yunani, bukan Inggris. Kalau dalam bahasa Inggris “agape” berari “mangap” (mungkin saking cintanya sampai speechless dengan posisi mulut terbuka). Cinta bersayarat yang kita perbincangkan tadi itu masuk dalam kategori cinta amor. Cinta yang mengikat hati dua orang yang berbeda jenis kelamin. Mereka yang pacaran atau suami istri dapat menjadi contoh cinta jenis ini.

Sedangkan philia, itu cinta yang lebih tinggi dari amor karena sudah tidak bersyarat. Meski demikian cinta ini tetap dibarengi oleh harapan 'ganjaran' tidak langsung yang akan diperoleh ketika mencintai seeorang/sesuatu. Misal, seorang yang mengidolakan tokoh atau aktor/aktris tentu. Secara khusus mereka tidak mengharapkan balasan dari idola mereka sebagai syarat cinta philia itu. Mereka yang mengidolakan merasa memperoleh 'ganjaran' tidak langsung seperti prestise atau status tertentu dengan cinta yang mereka sematkan tadi. Contoh lain cinta philia dapat dilihat dalam kecintaan para kolektor atas barang-barang mewah atau bahkan buku langka milik mereka. Pasangan suami istri bisa saja menikah karena alasan ini lho?!

Terakhir yang berada di posisi puncak dalam pengelompokan cinta yang kita ceritakan tadi adalah cinta agape. Ini yang hemat saya lebih tepat jika disebut sayang. Cinta agape adalah cinta yang tidak bersyarat sama sekali, tidak mengharapkan 'ganjaran' sama sekali. Pernah melihat betapa besar cinta orang tua kepada anaknya atau anak kepada orang tuanya? Tanpa syarat, tanpa 'ganjaran' yang diharap. Siapapun, dalam hubungan apapun dapat saja mengekspresikan cinta agape. Cinta agape sering juga diumpakan seperti cinta Tuhan kepada manusia. Tidak berbatas. Tidak menuntut balas. Kalaupun menuntut balas, tidak ada manusia yang bisa menebusnya bahkan untuk satu helaan nafas yang Ia berikan secara gratis.

Kembali ke cerita tentang cinta tadi, kadang cemburu juga lihat fenomena di mana sejumlah politisi, pebisnis, aktor, atau musisi yang (mohon maaf) hanya denga wajahnya yanga pas-pasan dapat memiliki pasangan (pacar atau istri) yang cantik? Mereka begitu mudah berpindah dari satu perempuan ke perempuan lain. Atau bahkan dapat menikahi lebih dari satu perempuan sekaligus. Mungkin catatan ini dapat menjadi penjelasan filosofisnya. Itulah yang oleh para filsuf disebut: cinta amor yang bersyarat atau cinta philia yang mengharapkan 'ganjaran'. Saya tiba-tiba teringat ucapan istri guru saya. Dengan bercanda dia pernah berkata, “Lelaki itu walapun jelek, akan terlihat tampan dengan sendirinya begitu ia memiliki uang”. Kalimat ini sepertinya pas untuk orang kere (seperti saya) yang taunya ngiri saja pada mereka yang punya banyak duit. Lebih dari sekedar kerja hormonal, saya semakin percaya kalau cinta itu kerja otak. Atau entahlah, mungkin saya salah.***

Tidak ada komentar: