Kamis, Agustus 28, 2014

Tentang Kapal Tanker

PERCAKAPAN panjang dengan seorang teman pun berakhir. Saya menikmati percakapan seperti ini. Random tapi selalu ada pelajaran yang bisa saya tangkap di setiap topiknya. Kali ini tentang titik balik. Apa yang akan kita lakukan ketika seluruh upaya sudah optimal tetapi hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan? Mau bertahan, tidak mengubah keadaan. Mau ditinggal, sudah kepalang tanggung. Seperti tanker yang siap lego jangkar di pelabuhan, eh ternyata diminta untuk berbalik arah. Ini kapal Bung, bukan sekoci. Ini hati, bukan panci. Sakitnya di sini (sambil nunjuk dada dan dompet). Berdamai dengan realitas itu adalah seni hidup yang tiap orang pasti akan lakoni. Seni yang mendewasakan. Anggap saja begitu. Mau berbalik dan melupakan atau bertahan dan meratapi, itu pilihan yang selalu ada setiap hari, bukan? @aswan #123word

Tidak ada komentar: