SETIAP orang dari kita ingin diterima
oleh orang lain dalam lingkungan di mana mereka berada. Karena itu,
menarik simpati orang lain menjadi hal yang penting. Apalagi jika
kita memang berkeinginan untuk melakukan sebuah perubahan. Misalnya
ingin memperbaiki keadaan sebuah komunitas atau ingin memasarkan ide
yang kita yakini akan memberi manfaat yang besar pada orang lain.
Tidak terkecuali dalam konteks yang lebih kecil, simpati orang lain
kita butuhkan untuk mendukung hal-hal baik yang ingin atau sedang
kita lakukan. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana melakukaknnya?
Obrolan Rabu sore (12/6) kemarin
mengangkat tema itu dalam program Respect Your Life yang
disiarkan langsung melalui Pro 2 RRI Kendari. Ini kali kedua saya
menjadi narasumber (baca: Bermimpi, Lalu Bangunlah). Lagi-lagi saya
harus berterima kasih pada Titiek Puspitawaty yang mengundang sebagai
narasumber dan Lala (Asnar Syarifuddin) yang bela-belain bertugas dan
berperan sebagai moderator. Saya bersyukur tidak batuk selama live.
Batuk adalah sebentuk alaram di tenggorokan saya yang akan menyala
jika kikuk, mati gaya. Apalagi dikelilingi perempuan-perempuan cerdas
dengan pertanyaan-pertanyaan kritis.
Kepribadian positif. Mereka yang
dapat membuat orang lain simpati umumnya memiliki kepribadian
positif. Kepribadian yang positif selalu bermula dari konsep diri
yang positif juga. Tidak memposisikan diri lebih tinggi, lebih
pintar, atau di atas orang lain. Sikapnya egaliter. Pekertinya baik.
Mereka dapat menerima orang lain dengan apa adanya sebagaimana mereka
ingin diterima apa adanya. Kepribadian positif juga dapat digambarkan
dengan kemampuan untuk berempati, ikut merasakan apa yang dirasakan
orang lain (tanpa harus mengalaminya). Satu lagi yang tidak kalah
pentingnya adalah kejujuran. Jujur di sini lebih tepat kalau
diartikan sebagai ketulusan untuk mengatakan atau menunjukkan jati
diri apa adanya, tanpa harus berupaya untuk selalu terlihat sempurna.
Keahlian mengirim pesan. Jangan
terkecoh dengan kata “keahlian”. Tidak dibutuhkan kursus atau
sekolah khusus untuk memilikinya. Keahlian yang dimaksud dalam
konteks ini adalah ketepatan cara dan pilihan pesan yang disampaikan
kepada orang lain agar mereka bersimpati. Sebelum melakukan itu, kita
terlebih dahulu harus mengetahui kepada siapa pesan itu akan kita
kirim. Beda target, beda pula cari kita mengemas dan memilih cara
untuk menyampaikannya. Mengetahuai laterbelakang penerima pesan kita,
termasuk kebutuhan mereka, akan sangat membantu dalam menentukan
pilihan kata atau pesan seperti apa yang akan kita sampaikan.
Intinya, kita akan dengan lebih mudah berkomunikasi dengan “bahasa”
mereka.
Mereka yang ingin menarik simpati orang
lain, dapat menggunakan bahasa verbal ataupun nonverbal. Bahasa
verbal umumnya ditujukan untuk menggugah pikiran dan kepercayaan
orang lain. Sedangkan bahasa nonverbal lebih sering bertujuan untuk
menggugah perasaan dan penerimaan mereka. Misalnya dengan cara
memilih pakaian yang tepat, mengatur posisi saat berbicara, ekspresi
yang tepat, atau memberi sentuhan positif seperti bersalaman.
“Bagaimana kalau ditolak?” begitu tanya Lala. Kalau ditolak, ada
dua kemungkinan. Pertama, pengetahuan awal kita belum cukup baik
untuk menjadi rujukan dalam mengemas pesan dan cara menyampaikannya.
Kedua, cara kita mengemas pesan belum optimal.
Pengetahuan awal yang dimaksud di sini
ya itu tadi: mengetahui segala hal terkait kepada siapa pesan itu
akan kita kirim. “Ada pendapat menyatakan, makin banyak hal yang
kita ketahui, makin membuat kita ragu untuk memilih langkah yang
tepat,” sambung Titiek. Tapi bagi saya, makin banyak tahu makin
bagus, karena kita dapat memilih untuk menggunakan strategi
“berperang” (red ocean strategy) atau strategi “membuat
panggung baru” (blue ocean strategy). Strategi “berperang”
maksudnya, kita menyiapkan segala hal untuk meyakinkan mereka yang
menolak kita tadi. Sedangkan strategi “membuat panggung baru”
lebih pada upaya kita untuk memilih jalan yang tidak konfrontatif
dengan mereka yang menolak kita.
Bagaimana jika masih juga ditolak?
Dalam kata lain, kita tidak dapat menarik simpati mereka. Apa yang
kita lakukan tadi adalah upaya. Sedangkan simpati yang kita harapkan
itu adalah hasil. Upaya masuk dalam area yang dapat kita kendalikan,
kita optimalkan, sedangkan hasil itu ada dalam ranah yang tak dapat
sepenuhnya dapat kita kendalikan. Sikap yang baik menurut saya adalah
tetap berupaya untuk melakukan apa yang dapat kita lakukan dengan
cara yang terbaik yang dapat kita berikan. Mudah-mudahan Tuhan
membantu kita untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan,
untuk mengubah apa yang tidak dapat kita ubah. Itu! (eh koq jadi
Mario Teguh wanna be ya?)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar