PONDOKAN di sisi kanan tempat saya tinggal waktu kuliah S1
dulu, namanya “Kreatif”. Sejauh pengalaman saya, mereka yang tinggal di sana memang
kreatif dan (ternyata) itu menular. Hanya dengan bermodalkan gelas dan sendok,
misalnya kami dapat minum teh atau kopi gratis di pagi hari. Pada satu kamar
kami meminta teh/kopi. Di kamar lain gula. Pada teman di kamar berikutnya, kami
minta air panas untuk menyeduh teh/kopi tadi. Kreatif kan? Hehehe… Saya jadi
ingat Charles Darwin. Ilmuwan Inggris ini menyebut spesies yang dapat bertahan
hidup adalah mereka yang “mampu beradaptasi”. Sejauh pengalaman saya, mereka
yang kreatiflah yang mampu “bertahan hidup”.
Sebaiknya kita jangan terjebak pada definisi. Tafsirkan saja
“kreatif” sebagai kecerdasan untuk melakukan dan menghasilkan hal yang berbeda
dan berdampak positif. Atau mungkin Anda punya pendapat lain? Silahkan. Buku
yang baru saja saya baca ini juga memberi penafsiran tersendiri tentang apa
yang disebut kreatif. Yoris Sebastian menuliskan 101 tips kreatifnya dalam buku
yang berlabel “Best Seller” itu. Jika
Anda termasuk orang yang tidak pernah mendengarkan acara Broadcast Bar di Hard Rock FM, bersiaplah bingung. Yoris juga masih
menyisakan beberapa contoh program acara yang rasanya tidak semua orang pernah
menikmatinya. Tapi bukan bingung yang menjadi tujuan tulisan ini. Sebaliknya, saya
ingin menyederhanakan jumlah 101 menjadi tiga. Fewer rules are the simple rules. Mudah-mudah ini juga bernilai
kreatif.
Berbeda. Semua pekerja kreatif pasti melakukan hal-hal yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Orang kreatif selalu mengambil jalan yang lebih baru dari apa yang telah ada sebelumnya. Yoris menggunakan istilah #5 Break Your Routine atau #6 Change How You Do You Routine. Satu-satunya rutinitas yang diperbolehkan adalah yang membuat kita tetap dapat kreatif. Misanya membaca buku dan majalah, menonton acara tv atau film yang inspiratif, termasuk membaca twit-twit yang memancing daya kreatif kita. Di buku ini Yoris tidak merekomendasikan Facebook (maaf yaa buat facebooker, hehehe…). Masih dalam konteks tersebut, saya suka kutipan dari Coco Chanel (desainer Prancis): “In order to be irreplaceable, one must different”.
Bermanfaat. Tips
kreatif Yoris yang bisa mewakili poin ini adalah #98 Focus on Impact. Abaikan proses yang berbelit-belit kalau toh pada
akhirnya tidak menghasilkan sesuatu yang berarti. Karja kreatif tidak akan
bernilai jika tidak memberi dampak yang positif pada orang banyak. Dengan
dampak ini, kita mendapat #93 Good Karma:
“The more you give, the more you’ll get
back” (h. 187). Dengan dampak ini pula, kita tidak perlu mempromosikan diri
karena karya kitalah yang berbicara tentang siapa kita. Untuk menghasilkan
sesuatu yang berdampak, #62 Test Your Ideas
to Other. Cari ide paling kecil dan paling mungkin untuk dijalankan dan
segera dieksekusi sebaik mungkin. Beranilah mengatakan “tidak” jika ada
kemungkinan mengerjakan suatu proyek tanpa kualitas bagus dan terkesan
serabutan. Saya jadi ingat ucapan Abraham Lincoln: “Whatever you are, be a good one”.
Belajar. Tentu
yang dimaksud di sini belajar dalam arti yang luas. Mulai dari belajar
mengenakan pakaian yang nyaman untuk berpikir. Belajar untuk mengambil jeda
saat tenaga dan pikiran sudah terkuras tiap 1,5 atau 2 jam. Belajar untuk lebih
rileks dan mendengarkan musik. Belajar untuk menerima kesalahan karena pada
akhirnya kita dapat belajar dari kesalahan itu. Belajar untuk bertemu dengan
orang-orang baru (yang asing bagi kita). Belajar untuk bertukar ide. Belajar
untuk menganalisis segala sesuatu yang didorong oleh rasa ingin tahu. Sampai
pada belajar hal-hal lain di luar bidang kerja kita sehari-hari. Jose Mourinho
yang saat ini melatih klub sepakbola Inggris Chelsea pernah berkata: “Seorang
pemain bola yang hebat tidak akan bisa sukses kalau dia hanya belajar
sepakbola” (h. 91). Tetapi sungguh, saya sulit untuk bisa percaya seseorang
dapat berpikir dan bekerja kreatif jika mereka berhenti belajar .***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar